Komunitas & Pegiat Sosial Purwakarta Bantu Kelola Sampah Menjadi Lebih Baik. Ini yang Dilakukan


Komunitas dan pegiat sosial peduli lingkungan di Purwakarta/Foto:Istimewa
Purwakrta - Sejumlah komunitas dan pegiat sosial peduli lingkungan di Purwakarta berkomitmen membantu mewujudkan pengelolaan sampah yang lebih baik.

Jejaring Komunitas Kemitraan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (JK2LH) itu mendorong perubahan paradigma pengelolaan sampah sejak dari lingkungan rumah tangga di kabupaten Purwakarta.

"Sampah adalah persoalan yang membutuhkan perhatian bersama," ujar Ketua JK2LH, Suripto usai menerima kunjungan bank-bank sampah dari kabupaten karawang di BSP (Bank Sampah Panulisan) Purwakarta. Pengembangan Bank Sampah dalam Menunjang Ekonomi Masyarakat Menuju Indonesia Bersih Sampah 2025" di Purwakarta, Minggu (03/05/2020). Ujarnya

Suripto mengatakan, Tidak semua sampah itu bisa dikelola, mengingat belum optimalnya tempat pengolahan sampah yang ada. Berbagai peningkatan teknologi pada tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah pun tidak akan berarti jika semua elemen tidak terlibat dalam gerakan pengelolaan sampah.

"Maka sebenarnya penting untuk mendirikan bank sampah di 193 desa/kelurahan di Purwakarta. Karena belum semua desa/kelurahan punya bank sampah. Padahal, selain bermanfaat dari sisi ekologi, pengelolaan sampah juga bermanfaat dari sisi ekonomi. Sudah banyak bukti komunitas dan BUMDes yang berhasil mendapat keuntungan ekonomi dari pengelolaan sampah," ujarnya.


Ia menambahkan, bank sampah bisa menjai inisiatif yang menyehatkan lingkungan dan menjadi potensi ekonomi yang bisa di gerakkan di kampung - kampung. 

"Bank sampah menjadi inisiatif ekologi-ekonomi yang menyehatkan lingkungan serta menyejahterakan warga. Dari pemilahan hingga daur ulang, ada potensi ekonomi yang bisa digerakkan dari kampung ke kampung," imbuhnya.

Selain itu, JK2LH mendorong berbagai pihak peduli terhadap pengelolahan sampah
dengan menggaet banyak komunitas. Pengelolaan sampah diharapkan bisa menjadi perhatian bersama khususnya oleh generasi muda. Apalagi setiap komunitas peduli lingkungan punya kelebihan masing-masing.

Suripto berharap semakin banyaknya komunitas yang peduli dengan lingkungan dan banyaknya pelaku-pelaku bank sampah bisa mengurangi volume sampah hingga 30 persen. Penanganan sampah tidak hanya membutuhkan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) saja, tapi harus mengubah pola pikir masyarakatnya.


"Kalau sejak dari rumah tangga sampah sudah dipilah-pilah, kemudian dikumpulkan di bank sampah, kami yakin tidak akan ada lagi sampah di selokan, sungai atau bahkan ke laut bisa dikurangi. Bahkan sampah ke TPA hanya sampah yang tidak bisa didaur ulang," ungkapnya. (*)