Ilustrasi - Cucian baju (foto: net) |
Hal itu diungkapkan dalam Journal of Hospital Volume 104 berjudul “Persistence of Coronaviruses on Inanimate Surfaces and Their Inactivation with Biocidal Agents”.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan, virus corona menginfeksi paru-paru manusia yang menyebabkan gangguan saluran pernapasan. Transmisi penularannya dari manusia ke manusia memiliki masa inkubasi antara 2-14 hari.
Agar penyebaran virus corona tak semakin luas, tercatat sebanyak 70 negara telah menerapkan kebijakan penutupan akses penerbangan bagi warga asing.
Korea Selatan bahkan berhasil mencegah meluasnya Covid-19 tanpa melakukan lockdown dengan membuat drive thru tes corona bagi warganya.
Terkait hal tersebut, pemerintah Singapura melalui Ministry of Health (MOH) bergegas melakukan persiapan untuk menekan angka penyebaran virus corona. Hal itu dilakukan dengan menambah fasilitas medis dan meningkatkan kualitasnya, serta memperbanyak dokter dan perawat ahli.
Negeri “Singa” itu juga melakukan penelitian mendalam untuk mempelajari virus, agar bisa menghasilkan perawatan yang lebih baik dan opsi pencegahan.
Berbekal pengalaman mengatasi wabah-wabah sebelumnya seperti SARS dan H1N1, Singapura juga menyempurnakan manajemen krisis setiap tahunnya. Sementara di Indonesia, Presiden Joko Widodo telah membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Gugus tugas tersebut mensinergikan kekuatan nasional, baik di pusat maupun di daerah, melibatkan Aparatur Sipil Negara (ASN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), serta melibatkan dukungan dari berbagai lembaga.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan virus corona dapat menular melalui tetesan, atau melalui sedikit cairan. Sebagian besar cairan itu keluar dari batuk atau bersin seseorang dalam bentuk droplet (butiran-butiran ludah) yang dapat menempel pada benda mati.
The New England Journal of Medicine yang terbit 17 Maret 2020 menyebutkan, virus corona dapat menempel di permukaan seperti logam, gelas, dan plastik yang terkontaminasi dropplet yang mengandung virus.
Selain itu, peneliti juga mengingatkan untuk tak bersentuhan langsung dengan area rumah meliputi meja, kursi, gagang pintu, sakelar lampu, remote, pegangan tangga, meja, toilet, dan wastafel.
Dalam jurnal tersebut dijelaskan, seseorang dapat terinfeksi virus saat menyentuh permukaan atau objek yang terkontaminasi, kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata. Meski demikian, peneliti juga menemukan bahwa corona virus dapat secara efektif disapu oleh disinfektan rumah tangga.
Disinfektan dengan 62-71 persen etanol, 0,5 persen hidrogen peroksida atau 0,1 persen natrium hipoklorit (pemutih) dapat secara efisien menonaktifkan virus corona dalam satu menit.
Kepala Loka Penelitian Teknologi Bersih Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ajeng Arum Sari mengatakan virus corona memiliki selubung atau sampul (enveloped virus) dengan pelindung lapisan lemak.
Ia menilai, disinfektan dapat merusak lapisan lemak tersebut sehingga membuat virus corona cukup lemah.
Kain rentan virus
Selain ditemukan pada permukaan benda seperti logam dan gelas, ternyata virus corona juga dapat menempel pada permukaan lain yang melekat pada tubuh manusia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencatat, ada bukti yang menunjukkan bahwa virus corona dapat tetap bertahan selama berjam-jam di permukaan benda, termasuk pakaian. Sebagai penutup tubuh, pakaian yang dikenakan tak terhindar bersinggungan dengan berbagai benda tersebut.
Mengutip Huffpost, Rabu (18/3/2020), spesialis kesehatan masyarakat Carol Winner menyebutkan, pakaian dapat menahan virus tetesan ludah. Menurutnya, partikel-partikel tersebut akan mengering seiring waktu.
Namun demikian bukan berarti kematian virus dapat terjadi dengan cepat. Winner mengungkapkan kemungkinan yang lebih cepat kering ialah pada serat alami. Meski begitu, ada sejumlah panduan dasar tentang cara mencuci pakaian yang ideal untukmenjauhkan pakaian dari virus.
Winner menjelaskan, saat mencuci pakaian dengan mesin cuci dengan air bersuhu tinggi mampu membunuh virus. Selain itu, mengeringkan pakaian dengan suhu ekstra dapat menghilangkan tetesan ludah pada pakaian serta menonaktifkan virus.
Ia menyebutkan, suhu ideal mencuci pakaian dengan mesin cuci adalah 26 derajat celcius hingga 27 derajat celcius. Peneliti percaya serat kain dalam bahan berpori dapat menangkap partikel virus, mengeringkannya, dan memecahnya.
Robert Amler, Dekan Fakultas Ilmu dan Praktek Kesehatan di New York Medical College mengatakan, durasi virus tergantung pada kain, karena beberapa bahan lebih renggang daripada yang lain. Bahan polyester seperti spandex dapat menahan kuman lebih lama dari pada kain berbahan dasar katun yang "bernapas".
Dengan demikian penting untuk mencuci legging, pakaian dalam, dan gaun dengan seksama. Ketua dan Profesor Program Ilmu Laboratorium Klinik di Texas State University Rodney E. Rohde pun melihat pentingnya mencuci pakaian menggunakan air hangat atau bahkan air panas.
Ia pun menyarankan untuk memperhatikan deterjen yang digunakan yakni mencuci pakaian dengan deterjen yang mengandung senyawa pemutih Ia mengatakan, virus tidak bekerja dengan baik di kandungan yang keras seperti deterjen.
Agar aman, sebaiknya mencuci pakaian dilakukan secara teratur tanpa menunggu cucian menumpuk. Apalagi kalau kegiatan sehari-hari mengharuskan pergi ke berbagai tempat yang ramai. Setiba di rumah, segera lepas pakaian dan langsung meletakkan di wadah pakaian kotor.
Asal tahu saja, mencuci pakaian paling aman adalah dengan menggunakan mesin cuci yang memiliki fitur steam wash (mencuci dengan uap panas). Mesin cuci yang memiliki fitur steam wash dapat memanaskan air hingga 90 derajat celcius, yang mampu menghilangkan virus dan bakteri sekaligus melenturkan pakaian.
Hal itu sesuai dengan rekomendasi para ahli kesehatan agar mencuci pakaian dengan air bersuhu tinggi untuk menghilangkan virus pada serat kain.